Kamis, 24 Oktober 2013

Petualangan Dua Saudara

Pada suatu tempat hiduplah sebuah keluarga sederhana, yaitu keluarga Burhan Nawawi. Di keluarga tesebut hiduplah sepasang suami istri yang bahagia, Burhan dan Siti mereka adalah oang tua dari Agung dan Deden. Mereka hidup sangat bahagia, rumah yang besar, uang berlimpah dan semuanya terpenuhi, tetapi hal tesebut tak membuat keduanya lalai, bahkan mereka telah mapan sebagai pekerja muda. Dua bersaudara ini bagaikan saudara yang paling bahagia di seluruh dunia. Tetapi pada suatu waktu mereka mendapatkan kejenuhan, dengan begitu mereka berdua sepakat untuk cuti dan membuat jadwal liburan, namun tanpa di sangka-sangka liburan tersebut malah jadi Petualangan hebat.

“Den, kira-kira kemana ya enak nya?” Tanya Agung.
“Bali aja, Kak!” Jawab Deden.
“Aih, bosen, Den!”
Seketika itu Agung melihat sebuah sampul majalah dengan bergambar alam bebas.
“Nah, ada ide aku, Den!”
“Kemana, Kak?” Tanya sang Adik.
“Udah ikut aja!”
Tak lama kemudian mereka berkemas-kemas menyiapkan segalanya.
“Kok, bawa peta sih, Kak?”
“Ah, bawel sih, Den! Udah panasin mobil dulu sana!” Jawab Agung.
Setelah keduanya telah siap, sebuah Ferari pun siap untuk di gas. Kali ini Deden hanya bisa diam tak banyak bertanya seperti biasanya, karena memang jika sudah berada di mobil dia tak banyak bicara.
“Pelabuhan? Kan kita punya kapal pribadi, Kak?”
“Nahkoda kita sedang kakak kasih cuti, Den!”
“Ohh, gitu ya?”
Mereka berdua pun membeli tiket, dan menaiki kapal.
“Kok gak ambil kelas VIP aja sih, Kak?”
“Oh, iya ya? udah deh gak papa” Jawab Agung dengan santai.
Mereka berdua lekas keluar dari mobil dan bergabung dengan penumpang lainnya.
“Kok, sepi bener sih Kak penumpangnya? Kita sebenernya mau kemana sih? Satu, dua, tiga, empat. Cuma empat penumpang, Kak?”
“Kata siapa? Orang enam geh, sama kita berdua!”
“Tujuh! Ini baru duduk di samping kita!” Jelas Deden.
Tiba-tiba orang yang baru saja duduk, menyapa Agung.
“Hai, saya Yopi! Sepi sekali ya kapal ini?”
“Oh, ya ya ya. Memang! Sepi sekali! Saya Agung, Seniman!”
“Mau, jalan-jalan ya?” Tanya Yopi, orang baru itu.
“Iya, kok tau?”
“Dari bawaan nya aja udah keliatan”
“Pasti anda ini…” Tebak Agung.
Belum sempat menebak, Yopi sudah tak ada di tempatnya lagi.
“Kak! Aku mau cari angin segar dulu, matahari bentar lagi tenggelam!”
“Ya udah sana! Aku mau besantai dulu”
Baru saja Deden menghirup udara laut, Deden terheran dengan sebuah kapal pengangkut barang membawa barang-barang besi dan sejumlah barang-barang yang belum terlihat sebelumnya.
“Kamu jangan sekali-kali merusak keinginan mereka!” lagi-lagi Yopi, penumpang misterius itu seperti ada dimana-mana.
“Memangnya apa yang kamu ketahui tentang mereka?” Tanya Deden.
“Alat penghancur segalanya!”
“Apa?! Seriusan ini!? kemana tujuan Mereka?”
“Pulau Pancing, disana ada sebuah Goa tak terlihat di dekat Danau!” jelas Yopi.
“Yang benar saja?! Kau tahu segalanya?!”
“Sudahlah bukan urusan mu juga! Dua kata! Jauhi mereka!” bentak Yopi.
Dengan terheran-heran Deden lekas meninggalkan Yopi.
Matahari sudah terbenam, angin malam mulai berdatangan, suara ombak ikut menyelingi tidur nyenyak para penumpang kapal.
“Hoi Bangun! Masih ada perjalanan!” Bentak Agung kepada Deden.
Deden pun langsung bangun.
“Ini, pegang peta ini, kau jadi navigator ku, kita akan ke vila kita yang kemarin aku beli!”
Deden menjadi terkejut setelah melihat peta itu, peta itu bersketsakan Pulau Pancing.
“Ngapa? Ada yang salah?”
“Enggak kok, Kak!” Jawab Deden.
Tak menunggu lama Ferari mereka langsung menunjukan kelasnya, Berpacu menuju vila milik Agung. Namun di sela-sela perjalanan mobil Ferari yang agung kendarai hampir kehabisan bensin. Terpaksa mereka memutar arah untuk menemukan Pom bensin di pulau terpencil ini.
“Akhirnya ketemu juga ni kedai bensin walau bukan pom” Ucap Agung.
“Ughhh, aku kebelit BAB lagi lah. Aku cari WC dulu ya, Kak?!”
“Ya sudah sana!” Jawab Agung.
“Pak, masih berapa persedian bensin disini?” tanya Agung kepada pemilik kedai bensin.
“kurang lebih 55 liter, Pak!”
“Ambil semuanya, tuangkan ke mobil saya, kasihan dia kehausan!”
Di tempat lain Deden masih sibuk mencari WC, ia sempat bertanya kepada pemilik kedai bensin tetapi di rumah si pemilik kedai bensin tidak ada WC. Kemudian ia berputar-putar melilingi daerah setempat dan akhirnya ia menemukan WC di tempat penginapan.
“Ahhhh, lega!”
“5000!”
“Mahal bangeet!!! Busyyet! Nih uangnya!”
“Disini jarang Mas yang punya WC!” bentak sang pemilik penginapan.
Tetapi Deden merenung sejenak, sepertinya ada yang salah dengan si pemilik penginapan ini.
“Ah, sudahlah tak ada yang aneh” pikir Deden dalam hati.
Ketika ia keluar dari tempat itu ia baru sadar penginapan itu berhadapan dengan Danau. Dan benar saja ketika ia berbalik pandangan dan melihat penginapan itu. Ia benar-benar melihat kejutan. Nama penginapan itu adalah PENGINAPAN GOA dan itu tak jauh dari danau, bahkan berhadapan. Itu berarti tempat yang dikatakan oleh Yopi waktu di kapal. GOA TAK TERLIHAT DEKAT DANAU.
“Yup! Pasti ini tempatnya”
Langsung saja Deden memasuki tempat itu dan langsung mencari Sang pemilik penginapan untuk menanyakan beberapa pertanyaan.
“Eh, eh, eh, Pak! Pak! betulkan ini tempat penginapan?” tanya Deden.
“Iya memangnya kenapa?”
“kenal sama Yopi gak, Pak?”
“Bentar ya aku akan sedikit memberi kejutan!” jawab Sang pemilik penginapan.
Tiba-tiba dua orang bersenjata lengkap menyergap Deden dan menyekap dan mengikat mulut Deden untungnya saja Deden masih sempat berteriak memanggil nama Agung, kakaknya.
“Aduh kenapa lagi sih…? selalu aja nyari masalah Deden ini.!” Kesal Agung.
Agung pun lekas ke tempat Deden berteriak, baru saja sampai di halaman tempat penginapan, ia di halang oleh seseorang yang sangat besar dan kekar.
“Huh…? Jagoan ya?” kata orang yang besar dan kekar itu sambil menunjukan otot-ototnya.
“Sini, akan ku tunjukan yang namanya jagoan!” balas Agung.
Perkelahian sengit tak dapat dihindarkan, beberapa tinjuan Bagong lancarkan. Dan, Bum! Sekali tendangan menghantam ogan vital si kekar.
“Cuihh, sudah kuhancurkan jagoanmu! Tidak tahu kalau aku mantan atlet taekwondo. Untung masih ada sisa-sisanya” kata Agung.
Di lain tempat Deden sedang berusaha meloloskan diri. Ia berhasil melepaskan ikatan yang mengikat tubuhnya, karena penjagaan tak terlalu ketat dan alhasil ia berhasil lolos dari penyekapan.
“Bodoh, hanya menyekapku dengan tali seperti itu! Jelas aku lolos!” Ucap Deden.
Di lain waktu sang Pemilik penginapan berlari menuju suatu ruangan bawah tanah, Agung melihatnya dan mencoba mencegahnya, tetapi tidak berhasil dan pintunya terkunci namun Agung tak tinggal diam, ia mencoba mendobrak pintunya.
“Bos, mereka berdua berhasil masuk!” jelas sang pemilik penginapan.
“Bodoh, aku pasti mati sia-sia nantinya, aku tak mau! Aku akan keluar lewat jalan darurat ini, kau disini saja! Diam dan lakukan semampumu”
“Ta.. tapi”
Di waktu yang sama Agung masih mendobrak pintu bawah tanah.
“Perlu bantuan?” tiba-tiba Deden datang membantu.
Sembari mendobrak pintu mereka bercakap-cakap.
“Harusnya aku yang membantu kamu, Den! Bukan kamu yang datang membantuku!” Kata Agung.
“Kita ini kan bersaudara harusnya memang bahu membahu”
Tak lama kemudian pintu berhasil di dobrak, mereka berdua lekas menju ruangan tersebut. Sesampainya di dasar ruangan, mereka dikejutkan oleh sang pemilik penginapan. Namun, Agung berhasil menjinakannya.
“Siapa Bos kalian! Atau kupatahkan kepalamu!” Desak Agung.
“Aku tak akan buka mulut!”
“Jangan bunuh, Kak! Disini banyak petunjuk, sepertinya ini ruang komunikasi serta ruang kendali” Jelas Deden.
“Aduh, terlambat sudah ku pukul kepalanya, tapi untung Cuma pingsan”
“Trevor Andi Santana! Ini nama bos mereka, nampaknya mereka berhubungan erat dengan Yopi, yang kita temui di kapal, atau malah bermusuhan” jelas Deden.
“Lha, kamu kok bisa di tangkap mereka?” tanya Agung.
“Tadi aku menyebutkan nama Yopi, setelah itu aku langsung di sergap!” jawab Deden.
“Berati mereka musuhan dong! Pasti ada yang di sembunyikan!”
“Betul juga!” kata Deden.
“Tapi bagaimana kita mencari Trevor Andi siapa tadi?”
“Santana! Tenang aja, Kak! Untungnya aku membawa alat-alat radio ku! Aku kan bekerja di Bandara di bagian komunikasi hehe. Jadi aku bisa melacak mereka melalui sinyal radio yang sering mereka gunakan untuk Komunikasi, kita tunggu saja! Pasti ada panggilan dari radio ini! ” Jelas Deden.
Mereka berdua menyiapkan alat untuk melacak sinyal itu. Setelah itu menunggu panggilan yang datang dari radio lain. Setelah berjam-jam akhirnya ada panggilan dari radio tesebut.
“Halo, disini pusat! Meminta jawaban, halo…”
“Bagaimana, Den?!” Tanya Agung.
“Sekitar pulau Nusa Tenggara, Kak. Tepatnya NTT”
“Ya sudah, kita kan menguak ini untuk beberapa hari kemudian, aku harus mengerjakan pekerjaanku terlebih dahulu” jelas Agung sembari berjalan keluar ruangan.
“Oke! Aku juga, Kak! Aku hanya ada cuti tiga hari, setelah itu aku harus bekerja kembali!”
“Sip! Kita menginap sehari di vila ku, dan kemudian kembali ke rumah!” ajak Agung.
“Yeah, aku mulai menyukai kondisi ini” Pikir Deden dalam hati.
Akhirnya mereka berdua meninggalkan tempat itu, dan segera menuju villa sang kakak. Mereka baru saja di sentuh petualangan yang hebat. Namun, setelah ini ada petualangan-petualangan lainnya yang sudah menganga di depan mata mereka, namun mereka tak menyadarinya, tetapi mereka akan menyelesaikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar